KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami haturkan kepada Sang Sutradara Alam yang dengan
tuntunanNYA dan petunjukNYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Eksotika
Nusa Tenggara Timur” ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah untuk melatih diri dalam pembuatan makalah dan
memperluas wawasan, khususnya mengenai Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Tak
lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada
bapak Dra Bernadetta Budi Lestari M.Si
yang telah mengarahkan serta membantu kami agar bisa lebih mudah
memahami dan mempraktekan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Ilmu Sosial Budaya
Dasar.
Makalah
ini tentu jauh dari kata sempurna, maka dengan segala kerendahan hati kami
memohon kritik serta saran yang bersifat membangun kearah penyempurnaan makalah
ini.
Akhirnya
kami berharap, semoga makalah sederhana ini bisa bermanfaat bagi kami serta
yang lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia
sejak dulu telah dikenal sebagai negeri gempah
rimpah loh jinawe dikarenakan memiliki berbagai macam kekayaan alam dan
budaya. Bila kita telisik dari segi luas Indonesia jelas memiliki luas yang
jauh lebih luas dari Negara adidaya Amerika dan Negara-negaralain, dari segi
kekayaan alam Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam paling
lengkap di Asia Tenggara, dari segi bahasa dan adat Indonesia memiliki ribuan
bahasa dan adat yang berbeda dari Sabang sampai Merauke, dan inilah yang
menjebabkan Indonesia di perebutkan sebagai Negara jajahan di zaman dahulu.
Kekayaan Indonesia yang melimpah ruah ini sayangnya
belum mampu dimanfaatkan dengan baik dan benar oleh segenap bangsa Indonesia.
Luasnya wilayah Indonesia terkadang membuat banyak oang Indonesia sendiri belum
mengenal daerah maupun pulau-pulau diluar tempat tinggalnya. Banyaknya bahasa
membuat banyak dari kita kurang mengenal dan asing dengan bahasa-bahasa dari
berbagai daerah. Akan kini saat banyak orang telah menyadari bahwa Indonesia
memiliki banyak kekayaan berbagai media elektronik maupun ilmu-ilmu pengetahuan
telah mengeksplor ragam kekayaan Indonesia.
Maka kami dengan sangat bangga akan mengangka “Eksotika Nusa Tenggara Timur” sebagai judul makalah kami, karena banyak hal
mengetanai keindaha, keragaman dan kekayaan NTT yang perlu kita pelajari bersama
agar kita semakin bangga memiliki NTT sebagai salah satu wilayah Indonesia.
1.2
Rumusan
Permasalahan
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa
dan seperti apakah NTT?
2. Bagaimana
adat di NTT?
3. Apa
saja kekayaan alam di NTT?
4. Bagaimana
karakteristik dan agama penduduk NTT?
1.3
Tujuan
Penulisan
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui
dan memahami pengetahuan umum mengenai NTT.
2. Mengetahui
adat dan budaya NTT.
3. Mengetahui
berbagai kekayaan alam NTT.
4.
Mengetahui serta memahami
karakteristik dan agama penduduk NTT.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetahuan umum mengenai Nusa Tenggara Timur
Nusa
Tenggara Timur
adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini
terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.
Provinsi ini terdiri dari
kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat.
Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah
bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.
Portugis telah
membuat kota ini memiliki peran penting karena sebelumnya NTT merupakan tempat
yang terpencil dan jarang dikunjungi pendatang. Portugis juga yang telah
memberi nama Pulau Timor dan Solor.
Abad
ke-17, Belanda mencoba mengambil alih namun sedikit yang telah dilakukan di
wilayah ini. Setelah berabad-abad, kehidupan alam liar di sini tidak berubah
sehingga cocok untuk Anda yang menginginkan petualangan di tempat yang eksotik
dan alami.
Nusa Tenggara Timur biasa dikenal dengan
bumi Flobamor
karena merupakan singkatan dari nama pulau-pulau besar yang merangkai Propinsi
tersebut yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor di samping itu banyak pulau-pulau
lain yang berada di dalamnya. Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa sub etnis
di dalamnya yang berbeda bahasa maupun adat-istiadatnya. Sub etnis itu antara
lain:[1]
- Suku Dawan, di pulau Timor
- Suku Belu, di bagian selatan dekat perbatasan Timor Leste
- Suku Marae, dekat perbatasan Timor Leste
- Suku Kari, dekat perbatasan Timor Leste
- Suku Kemak dekat perbatasan dengan Timor Leste
- Suku Helong, di sekitar kota Kupang dan pulau Semau
- Suku Rote di pulau Rote
- Suku Sabu di pulau Sabu
- Suku Alor di pulau Alor
- Suku Flores di pulau Flores
- Suku Sumba di pulau Sumba
2.2 Adat Nusa Tenggara Timur
Salah satu adat yang pertama akan kita
bahas adalah pernikahan, pada beberapa tahapan pernikahan mungkin terdapat
kesamaan dengan beberapa daerah lain, namun ada eberapa kebiasaan dalam
pernikahan NTT yang jauh berbeda dengan adat di beberapa daerah khususnya di
Jawa.
Di daerah NTT, ada beberapa
adat pernikahan yang sangat penting untuk meningkatkan kemeriahan acara
pernikahan. Salah satunya di daerah Bima, NTT, ada beberapa tahapan yang harus
dilalui oleh kedua mempelai pada upacara penikahannya.
• Tahapan palinga
Tahapan ini merupakan awal dari semua prosesi adat yang harus dilalui oleh mempelai. Pada tahapan ini, jejaka akan mencari perempuan yang dapat dijadikan sebagai tambatan hati dan teman menjalani sisa hidup ini.
Tahapan ini merupakan awal dari semua prosesi adat yang harus dilalui oleh mempelai. Pada tahapan ini, jejaka akan mencari perempuan yang dapat dijadikan sebagai tambatan hati dan teman menjalani sisa hidup ini.
Saat sang jejaka telah menemukan
perempuan yang diinginkan, orang tuanya akan mengirim utusan untuk mencari
apakah sang perempuan yang dipilih telah memiliki seseorang atau belum. Jika
belum, proses pinangan menjadi tahapan selanjutnya yang harus dilakukan.
• Peminangan
Setelah menyepakati hari pinangan, proses peminangan ini akan dilakukan oleh keluarga mempelai pria yang akan datang ke rumah mempelai perempuan dengan membawa seserahan dan mahar bersama iring-iringannya.
Setelah menyepakati hari pinangan, proses peminangan ini akan dilakukan oleh keluarga mempelai pria yang akan datang ke rumah mempelai perempuan dengan membawa seserahan dan mahar bersama iring-iringannya.
• Upacara malam kapanca
Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Pada malam sehari sebelum pernikahan, di kediaman pengantin perempuan akan diadakan acara pemakaian inai atau pacar. Dengan menghias diri dengan inai atau pacar, mempelai perempuan akan terlihat lebih menawan.
Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Pada malam sehari sebelum pernikahan, di kediaman pengantin perempuan akan diadakan acara pemakaian inai atau pacar. Dengan menghias diri dengan inai atau pacar, mempelai perempuan akan terlihat lebih menawan.
• Akad nikah
Setelah upacara malam kapanca, hari akad nikah yang ditunggu akhirnya berlangsung. Pada acara akad nikah, sebelum bisa memasuki rumah pengantin perempuan yang merupakan tempat akad, rombongan mempelai pria akan dihadang oleh ibu-ibu yang membawa galah. Tradisi unik ini masih dilaksanakan hingga kini.
Setelah upacara malam kapanca, hari akad nikah yang ditunggu akhirnya berlangsung. Pada acara akad nikah, sebelum bisa memasuki rumah pengantin perempuan yang merupakan tempat akad, rombongan mempelai pria akan dihadang oleh ibu-ibu yang membawa galah. Tradisi unik ini masih dilaksanakan hingga kini.
• Acara tokencai
Karena pada acara akad, mempelai perempuan tidak dihadirkan dan disembunyikan di dalam kamar, pada acara tokencai ini, mempelai pria dipersilahkan untuk menjemput mempelai perempuan yang berada di kamar.
Karena pada acara akad, mempelai perempuan tidak dihadirkan dan disembunyikan di dalam kamar, pada acara tokencai ini, mempelai pria dipersilahkan untuk menjemput mempelai perempuan yang berada di kamar.
Sebelum memasuki
kamar, mempelai pria harus mengetuk pintu terlebih dahulu dan berbalas pantun
dengan mempelai perempuan. Pintu akan dibuka apabila mempelai pria menyanggupi
syarat yang diajukan oleh perias pengantin.
Prosesi perninkahan
ini memang sebagian besar hamper mirip dengan adat dibeberapa daerah lain,
namun yang perlu kita ketahui bersama, bahwa mahar dalam pernikahan di Nusa
Tenggara Timur sangatlah jauh berbeda dengan mahar-mahar di Jawa dan tentunya
setiap suku di NTT walau memiliki mahar yang sama-sama tinggi namun tetap
memiliki perbedaan pada permintaan bentuk, jenis, dana jumlah mahar.
Contohnya saja pada suku Lamaholot,
Nusa Tenggara Timur. Meski penduduk wilayah ini tidak memelihara gajah, gading
gajah sudah menjadi mahar kawin sejak ratusan tahun lalu.
Dalam masyarakat Lamaholot,
mahar kawin (belis) sering menimbulkan masalah.
Pembicaraan paling alot antara pihak keluarga perempuan dan laki-laki adalah
soal berapa banyak gading gajah harus diberikan pihak laki-laki sebagai belis bagi calon istri.
Status sosial menjadi ukuran
menentukan jumlah dan ukuran gading. Jika calon istri berasal dari keluarga
dengan status sosial tinggi, jumlah gading jauh lebih banyak dan lebih panjang.
Kalau anak gadis berasal dari keluarga sederhana, jumlah dan ukuran gading bisa
dikompromikan.
Bagi suku Lamaholot yang
bertempat di Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Lembata,
dan Pulau Alor Pantar, belis gading gajah tidak bisa
diganti dengan barang lain atau uang.
Jika perkawinan terjadi antara
perempuan asal Lamaholot dan pria dari luar suku dan berlangsung di perantauan,
gading bisa dikonversi dengan uang. Namun, kalau pernikahan dilangsungkan di
Flores, belis harus berbentuk gading.
Gading gajah dalam bahasa
Lamaholot adalah bala. Ada tujuh jenis bala, antara lain bala huut (gading yang panjangnya sesuai
rentangan tangan orang dewasa dari ujung jari kanan ke ujung jari kiri), bala lima one (gading sepanjang ujung jari
tangan kanan sampai telapak tangan kiri orang dewasa), dan bala lega korok (gading sepanjang ujung jari
tangan sampai belahan dada).
Dalam kesepakatan mengenai belis, keluarga perempuan berperan menentukan jumlah
dan ukuran gading. Keluarga itu terdiri atas orangtua, saudara laki-laki, dan
paman (saudara ibu kandung). Jumlah belis didasarkan pada gading yang
dibayarkan ayah si gadis saat ia meminang ibu si gadis.
Jumlah gading untuk meminang
seorang perempuan berkisar antara 3 dan 7 batang. Jumlah tujuh batang biasanya
berlaku di kalangan bangsawan atau orang terpandang. Masyarakat biasa umumnya
tiga batang.
Saat menikah di gereja,
setidaknya satu batang gading harus dilunasi keluarga laki-laki. Sisanya bisa
menyusul. Di kalangan suku Lamaholot, utang terkait belis berlangsung
turun-temurun. Jika ayah belum melunasi belis akan dibebankan kepada anak,
cucu, cicit, dan seterusnya.
Utang belis dari ayah atau
kakek ditunda pembayarannya selama belum ada kebutuhan akan gading gajah dari
keluarga ibu. Namun, sampai kapan pun pihak yang berutang dan berpiutang tetap
mengakui hak dan kewajiban masing-masing.
Jika pihak keluarga laki-laki
bersikap masa bodoh terhadap utang ini, keluarga perempuan akan bertindak.
Hewan peliharaan, seperti babi, kambing, sapi dan kerbau, di sekitar rumah akan
dibunuh dan dimakan di halaman rumah sambil menunggu pemilik rumah melunasi
mahar kawin.
Mahar kawin tidak boleh diambil
tanpa membawa kain tenun ikat berkualitas tinggi yang disebut kewatek lodan (tenun emas). Harga selembar
tenun ikat ini bisa sampai Rp 20 juta. Biasanya, saat mengambil gading gajah,
keluarga perempuan menyerahkan lebih dari 10 lembar kewatek lodan.
Harga gading gajah bervariasi,
yaitu Rp 13 juta sampai Rp 100 juta per batang tergantung ukurannya. Namun,
kini tak mudah mendapatkan gading. Di kalangan suku Lamaholot, sebagian besar
gading telah dijual ke luar Flores atau dipotong untuk gelang, cincin, dan
perhiasan lain.
Selain itu di NTT
juga terdapat puluhan budaya, ratusan bahasa lokal, ratusan bahkan mungkin
ribuan jenis tarian rakyat, puluhan sistem tatanan sosial, model pemerintahan
tradisional, dan corak kain tenunan yang indah. Sungguh sebuah tujuan wisata
budaya paling eksotik dan mempesona.
Upacara Pasola
Jousting di Pulau Sumba adalah salah satunya yang menarik untuk Anda lihat.
Pasola adalah permainan sekelompok penunggang kuda beraneka warna yang melempar
lembing dari atas kuda. Upacara ini diadakan selama bulan Februari di desa Lamboya
dan Kodi juga bulan Maret di Gaura dan Wanokaka. Upacara ini dimulai beberapa
hari setelah bulan purnama dan bertepatan dengan perayaan nyale yaitu menangkap
cacing laut di pantai oleh warga sekitar.
Bila Jawa memiliki gamelat maka
alat musik khas masyarakat NTT adalah sasando, sebuah instrumen musik yang
indah suaranya. nstumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa
Tenggara Timur.
Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu,
yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di
kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen
petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk
tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah,
melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar
(dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu.
Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan
senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari
semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan
tempat resonansi sasando.
Terdapat banyak
contoh warisan budaya Eropa yang kental di sini seperti perayaan Paskah di
Larantuka dan lambang Kerajaan Maumere. Dahulu dikenal dengan pulau cendana,
Sumba terkenal dengan kuda dan kain ikat yang indah. Sumba Barat terkenal
dengan kubur batu, gubuk jerami tradisional dan juga gubuk serupa yang dibangun
di atas bambu.
Seafood
merupakan salah satu makanan utama di sini tetapi Anda juga dapat mencoba ikan
air tawar gurami asam manis. Makanan khas Sasak rasanya cukup pedas. Tumis
sayuran juga terkenal di sini, Cobalah plecing kangkung yang dinikmati
dengan sepirirng nasi panas.
Di
Kabupaten Ende Pulau Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) Anda dapat mencicipi
makanan khas berupa tongkol bakar asap yang diberi kuah santan dan onde-onde
singkong yang digoreng dan isi gula aren atau direbus dengan bagian luar diberi
parutan kelapa.
Selain itu di NTT kita perlu
mengenal rumah adat asli dari daerah ini,
Salah satunya rumah
adat di Wae rebo yang
terletak di desa satar lenda, kecamatan satarmese barat, kabupaten manggarai,
propinsi nusa tenggara timur. Hawanya cukup dingin, berada di ketinggian 1100 m
di atas permukaan air laut. Kampung wae rebo diapit oleh gunung, hutan lebat
dan berada jauh dari kampung – kampung tetangga. Kampung wae rebo dikukuhkan
oleh enklave sejak masa penjajahan belanda.
Rumah
adat yang disebut mbaru niang ini sepintas mirip dengan honai yang ada di
Papua. Namun, yang membedakan adalah bentuk atap rumah Wae Rebo lebih kerucut
dengan atap yang memanjang sampai menyentuh tanah.
Mbaru
Niang adalah rumah adat yang terdiri dari 5 tingkat dengan atapnya kerucutnya
yang khas. Tingkat pertama rumah ini disebut lutur atau tenda. Lantai pertama
ini digunakan sebagai tempat tinggal sang penghuni. Di tingkat kedua atau lobo
adalah tempat menyimpan bahan makanan dan barang.
Naik
satu lantai, di lantai tiga atau lentar adalah lantai yang digunakan untuk
menyimpan benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3,
tingkat juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat
untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang
berhasil. Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang hekang kode, Anda
bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur.
2.3 Kekayaan Alam Nusa Tenggara Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri
lebih dari 550 pulau dan didominasi beberapa pulau utama yaitu Flores, Sumba,
Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Pulau Timor
adalah pulau utama di NTT karena jumlah populasinya yang banyak. Di Pulau ini
juga terdapat ibu kota NTT yaitu Kupang.
Topografis pulau ini sangat beragam,
mulai dari pegunungan, landai, hutan, laut, karang, pulau-pluau kecil yang
menawan, arus berputar, gelombang yang tinggi, danau, dan sebagainya sungguh
menciptakan pemandangan alam yang luar biasa. Apalagi di sini juga dilengkapi
dengan wisata bahari seperti
diving, fishing, surving,
dan outbond.
Pulau panjang yang terbentang antara
Sumbawa dan Timor ini dipenuhi gunung berapi dan pegunungan terbentang indah
sejauh mata memandang.
Salah
satu kekayaan alam NTT yang perlu kita ketahui adalah Gunung Kelimutu yang merupakan gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di
Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah
danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena
memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun
begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan
waktu.
Kelimutu merupakan gabungan kata
dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu"
yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada
danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang
sangat dahsyat.

Selain gunung kelimutu ada juga Gua Batu Cermin yang merupakan salah satu
keajaiban alam di Indonesia. Di dalam gua ini terdapat gugusan batu karang dan
fosil penyu di dinding guanya. Gua Batu Cermin berada di Kampung Wae Kesambi,
Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat, NTT.

Untuk melihat keajaiban ini, kita
harus menelusuri gua sepanjang ratusan meter. Selain itu, kilauan staklatit dan
staglagmit di gua ini juga luar biasa unik.
Didalam gua juga terdapat fosil
penyu yang hanya bisa terlihat dengan menggunakan senter karena gelapnya
suasana di dalam gua, tidak ada sinar matahari yang masuk.
Dan
tentunya yang tak patut kita lupakan adalah Taman Nasional Komodo yang kini
namanya telah mendunia.

Selain itu, di kawasan ini terdapat
pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu
yang ditemukan di sana, dengan sekitar 1.000 spesies ikan. Keindahan terumbu
ini menarik minat wisatawan asing untuk berenang atau menyelam di perairan ini.
Pulau-pulau ini aslinya adalah pulau
vulkanis. Jumlah penduduk di wilayah
ini kurang lebih adalah 4.000 jiwa. Pada tahun 1986 taman nasional ini diterima sebagai Situs
Warisan Dunia UNESCO.
Produksi
komoditi pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur kebanyakan merupakan tanaman
padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar merupakan komoditi yang mempunyai
produksi tertinggi. Begitu pula dengan komoditi kelapa, kopi, dan jambu mete di
sektor tanaman perkebunan. Selanjutnya pada sektor peternakan dan
hasil-hasilnya. Jenis kayu yang tumbuh di NTT dan paling menonjol adalah kayu
jati persegi yang produksinya mencapai sekitar 16.07 meter kubik. Produksi perikanan
pada tahun 2012 sebesar103 825.5 ton, dimana sekitar 97.49 persen diantaranya
merupakan hasil dari
perikanan laut dan selebihnya sekitar
2.51 persen merupakan hasil dari perikanan darat.
Hal
yang cukup unik di NTT secara klimatologi musim hujan lebih pendek ( 3 bulan )
dari musim kemarau ( 9 bulan ). Hal inilah yang menyebabkan NTT sering
mengalami kekeringan.
2.4 Karakteristik dan Agama
Provinsi Nusa Tenggara Timur
merupakan satu diantara 33 provinsi di Indonesia yang jumlah penduduk nya
mayoritas menganut agama Kristen ( Katolik 60%, Protestan 30 %, Islam 9 %, 1%
hindu dll ) dari total jumlah penduduk 4,5jt orang yang mendiami hampir lebih
kurang 700 pulau besar dan kecil dengan jumlah 21 Kabupaten/kota serta
berbatasan dengan dua negara yakni Australia dan Timor Leste.
Walau mayoritas penduduk NTT adalah
Kristen, tidak ada tirani terhadap minoritas. Bahkan sampai saat ini, ketika
daerah-daerah lain saling sandera soal keberagamaan, tidak ada satu pun tempat
ibadah/masjid yang dibakar massa di NTT.
Kekristenan di Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah kisah perjalanan panjang oleh para Misionaris yang datang ke Nusantara. Orang Belanda mendarat pertama di tanah Timor pada tahun 1613 kemudian raja Kupang pada waktu itu akhirnya menjadi Kristen dan memberikan tanah kepada Belanda. Satu tahun kemudian datanglah seorang Pendeta pertama di Tanah Timor yang bernama Matheos van den Broeck. Pelayanan yang beliau lakukan hanya sebatas benteng Kupang dan sekitarnya. Lama kemudian setelah kedatangan pendeta pertama yaitu tahun 1670 datanglah seorang pendeta yang bernama C. Keysero Kind, namun tidak lama kemudian beliau meninggal.
Sejarah masuknya agama Kristen di NTT seingga menjadi agama mayoritas di NTT menurut Fredrik Pulinggomang, S.Th, seorang tokoh masyarakat Alor dan Pendeta, bahwa pada tahun 1814 terjadi persepakatan pembagian wilayah antara Portugis dan Belanda yang kemudian disebut dengan Keputusan Leserborn. Keputusan itu membagi wilayah NTT menjadi dua bagian wilayah kekuasan. Wilayah pertama yang meliputi mulai dari Sumba, sebagian daratan Timor, Alor masuk daerah kekuasaan Kolonial Belanda, sedangkan Plores dan sebagian Timor masuk dalam wilayahPortugis.
Berdasarkan keputusan itu maka Belanda mulai menempatkan beberapa orang Belandes di Alor. Seorang diberikan tugas sebagai Poskholder (penjaga pos), seorang yang lain sebagai menteri pajak, dan satu komando pasukan. Mereka masuk pertama kali di suatu tempat yang bernama Bang Atimang (sekarang bernama Alor Kecil), lalu berkedudukan atau berdomisil di Pantai Makassar. (Dinamakan Pantai Makassar, sebab jauh sebelumnya orang-orang Makassar sudah bermukim di daerah tersebut sebagai pelaut dan pedagang sambil membawa ajaran-ajaran agama Islam, sampai saat ini komunitas mereka masih terdapat di pantai tersebut, sebagai bukti keberadaan tersebut adalah berdirinya sebuah balla lompo di salah satu tempat di Alor Kecil)
Lalu tahun 1900, orang Kristen mulai masuk ke daerah ini. Orang tersebut bernama Mingga dan Heo. Kedua orang tersebut dibuang oleh Belanda ke daerah Alor. Keberadaanya mungkin dikibatkan karena adanya ekses di Rote yang mengakibatkan Belanda membuang mereka ke daearah Alor. Mingga dan Heo, penganut agama Kristen (masuk dalam zegi pastoral, karena imam mereka tidak terlepas dari umat Kristeani). Mereka merupakan tahanan Belanda yang dibuang ke Alor. Pembuangan mereka ke Alor mungkin disebabkan oleh karena Alor saat itu dikenal memiliki kondisi alamnya terjal, bergunung dan lain-lain sebagainya. Selain itu di wilayah ini masih sering terjadi konflik antar suku, karena mereka masih percaya kepada agama suku. Kedua orang itu juga masuk melalui Bang Atinang dan berdomisili di Pantai Makassar.
Penduduk asli Alor yang menganut kepercayaan suku bermukim di gunung-gunung. Sesekali mereka turun ke Pantai Makassaar, untuk berbelanja terutama pada hari pasar. Mereka saat itu berkomunikasi dan bergaul serta bertransaksi jual beli dengan para masyarakat pendatang terutama komunitas Kristen. Karena orang-orang Kristeani kuat dalam zegi pastoral dan sosiologi, maka tidak sedikit di antara penganut agama suku yang simpati kepada mereka dan beralih untuk memeluk agama Kristen.
Pada tahun 1910 Belanda pun mulai mengirim lagi pendeta yang namanya Wallem Buch. Pengiriman tersebut dilakukan karena menurut penelitian bahwa orang-orang gunung sudah banyak yang percaya kepada Agama Keristen. Sehingga pada tahun yang sama Walem Buch mengadakan pembabtisan massal di suatu tempat, namanya Belolo. Pada tahun yang sama pula sebuah sekolah dibuka di Belolo. Sekolah tersebut merupakan pemisahan dari Sunday School yang didirikan sebelumnya. Jadi sekolah umum yang mengajarkan tentang baca tulis huruf mulai dipisahkan dengan sekolah minggu yang mengajarkan tentang ajaran-ajaran Kristen. Pada tahun 1911, sebuah sekolah umum lagi dibuka di Alor Kecil (Bang Atinang). Pada tahun yang sama, kapal Conopus (kapal Belanda, Kapal Putih), berlabu di Alor Kecil dan saat itu Babtisan massal kedua oelh Wallem Buch lagi.
Saat kota dibuka, sekolah-sekolah dan gereja-gereja pun juga dibuka oleh Belanda. Keadaan sistem pendidikan saat itu mulai terpisah. Gereja dibuka tersendiri, sekolah-sekolah umum pun melaksanakan sistem pendidikannya, demikian halnya dengan Sunday School dengan sistem pendidikan yang berbeda. Kebaktian umumpun telah dilakukan. Sedangkan gereja Adam dibuka pada tahun 1917.
Sebetulnya keputusan Belanda tentang penggalakan dibidang pendidikan dan keagamaan dimulai sejak tuhun 1911, dengan instruksinya untuk membuka sekolah dan gereja di seluruh daerah ini. Tetapi karena situasi alam Pulau Alor yang kurang mendukung, gunung terjal yang mesti ditempuh melalui jalan kaki, menyeberangi atau menghadapi gelombang laut dengan perahu layar, maka realisasinya dilakukan dalam waktu yang berbeda.
Guru pengajar pun mulai bertambah. Di awal pelaksanaan pendidikan ini, beberapa guru umum yang sebagai guru agama dan penginji di gunung-gunung. Namun beberapa waktu kemudian mulai ada bantuan guru dari daerah lain antara lain dari Daratan Timor, dan Manado, Sulawesi. Mereka mengajar masyarakat untuk mengenal Allah, dan alam adalah kepunyaan Tuhan yang mesti dikuasai.
Walaupun keberadaan umat Islam hampir
terdapat di semua kabupatan/kota bahkan beberapa kabupaten atau pulau jumlah
umat islam cukup banyak seperti kabupaten Manggarai Barat, kabupaten Ende,
kabupaten Flores Timur, kabupaten Alor dan Kota Kupang tetapi secara keseluruhan
jumlah umat islam tetap tidak mayoritas di daerah tersebut. Penduduk muslim
kebanyakan tinggal di pesisir dan di kota walaupun ada juga yang tinggal di
daerah perbukitan dan gunung yang merupakan penduduk asli tetapi jumlah mereka
tidak terlalu banyak seperti di Kabupaten TTS dan Alor.
Melihat jumlah penduduk muslim yang
tidak sampai 10 % dari 4,5jt penduduk sudah barang tentu keberadaan umat islam
di provinsi Nusa Tenggara Timur atau yang biasa disebut bumi FLOBAMORATA
sangatlah kecil ( minoritas ) baik dari segi minoritas jumlah, minoritas peran
dan juga minoritas dari sisi intelektual dan keterbelakangan pengetahuan serta
pemikiran apalagi berkaitan dengan ilmu tentang keagamaan, maka keberadaan para
penyeru dakwah ( Da’i ) yang memiliki kualitas secara syar’i sangat dibutuhkan
untuk membentuk umat islam yang berkualitas dan dapat diandalkan serta
berkontribusi bagi pembangunan umat manusia secara menyeluruh.
Disamping itu pula momen –momen hari
raya keagamaan juga sangat efektif dan dapat memberikan syiar agama terutama
Idul Fitri dan Idul Adha. Khusus untuk Idul Adha memiliki nilai yang sangat
positif karena dengan memberikan hewan qurban dapat menciptakan suasana
kebersamaan dan kekuargaan yang luar biasa karena tidak saja yang beragama Islam
yang mendapatkan manfaat yang beragama selain islam pun juga mendapatkan
manfaat dengan dibagi hewan qurban.
Beberapa daerah di NTT yang selama
ini menjadi daerah sebaran hewan qurban diantaranya adalah Kota Kupang,
Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS ( Oeue, Kuanfatu, Nakmofa, Oehani, Oekam, Batu
putih ) dan Kabupaten Belu ( Atambua dan sekitarnya ) target penerima adalah
penduduk asli Timor yang Islam dan juga daerah – daerah yang sangat sering
mengalami kekeringan dan kelaparan . Semua daerah tersebut berada di wilayah
pulau Timor dan berbatasan dengan Timor Leste.
Sebenarnya daerah lain di NTT juga
bisa menjadi daerah sebaran hewan qurban seperti di Flores ( ende, maumere,
Labuan bajo ) dan Sumba ( waingapu dan waikabubak ) serta Alor tetapi kendala
di daerah tersebut adalah selain pengawasan dan monitoring juga terkait harga
ternak khususnya sapi yang cukup mahal berkisar antara 7 jt sd 9jt per ekor
apalagi jika tiba musim Idul Adha bisa lebih mahal.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Nusa Tenggara
Timur memang merupakan Pulau yang sangat jauh dari pusat pemerintahan dan hiruk
pikuk perkotaan, namun karena itulah masih banyak kekayaan alam yang belum
terjamah dan belum terusak oeh tangan-tangan manusia.
Walaupun Nusa
Tenggara Timur sering mengalami kekeringan dan masih belum terdapat banyak
hotel, serta infrasturuktur umum, namun bukan tidak mungkin kedepannya Nusa
Tenggara Timur bisa dijadikan sebagai kawasan wisata yang menjanjikan. Banyak
pantai, gunung, gua, serta acara acara adat yang sangat menarik dan mampu
dikembangkan.
Maka kita semua
sebagai elemen bangsa hendaknya selalu berusaha mengenal tanah air kita dengan
baik dan berusaha untuk mengembangkannya guna kemajuan bersama bagi nusa dan
bangsa kita.
Daftar Pustaka :
http://kupang.tribunnews.com/printnews/artikel/52290
http://id.shvoong.com/books/dictionary/2092580-geografi-pemahaman-konsep-dan-metodologi/
http://kupang.tribunnews.com/printnews/artikel/52290
http://id.shvoong.com/books/dictionary/2092580-geografi-pemahaman-konsep-dan-metodologi/
http://sergapntt.wordpress.com/2011/08/19/sekilas-sejarah-masuknya-kristen-di-alor/
http://Wikipedia.Indonesia